Curug Sanghyang Taraje, Tangga Langit Di Tanah Parahyangan
Curug ini berada di ketinggian 660 m dpl.dengan tinggi air terjun
sekitar 82 m. Asal mula air terjun ini disebut Sanghiyang Taraje karena
pada jaman dahulu air terjun ini digunakan oleh Sangkuriang untuk naik
ke langit mengambil bintang atas permintaan Dayang Sumbi. Di dekat air
terjun ini juga terdapat sebuah batu berbentuk tapak raksasa yang konon
itu adalah tapak Sangkuriang tetapi jarang sekali orang yang dapat
menemuinya. Sedangkan batu yang ada di bawah tepat air terjun menurut
masyarakat setempat dipercaya sebagai tempat
penyimpanan
bintang (harta karun) Sangkuriang tetapi konon tempat itu dijaga oleh
Belut raksasa, dan seringkali dilihat oleh masyarakat.
Kawasan air tejun ini dikelola oleh pihak perhutani, tapi kini pengelolaannya agak terlantarsehingga kawasan air terjun ini tidak terkelola dengan baik. Adapun masyarakat yang kemudian
mencoba untuk mengelola kawasan ini namun hanya pada saat hari raya dan libur nasional.
Taraje dalam bahasa Indonesia berarti tangga. Biasanya terbuat dari bambu. Jika ada sebuah curug (air terjun) diberi nama Sanghyang Taraje, tentulah ada hubungannya dengan taraje. Demikianlah adanya, curug yang terletak di Desa Pakenjeng Kecamatan Pamulihan Garut ini me-mang mirip taraje. Masyarakat di sekitarnya wring juga menyebutnya curug kembar, karena di situ ada dua pasang air terjun yang mirip tiang tangga.
Curug Sanghyang Taraje tidak terlalu dikenal masyarakat Garut. Namun begitu bukan karena air terjun ini kurang elok. Dibentuk oleh dua air terjun berdampingan yang tingginya sekitar 90 meter, curug ini merupakan curug tertinggi yang ada di Kabupaten Garut. Di samping itu panorama curug ini cukup indah untuk dinikmati. Hanya saja jalan untuk menuju ke Sanghyang Taraje masih cukup sulit untuk dijangkau kendaraan karena letaknya berada jauh di pelosok perbukitan.
Untuk menuju curug ini bisa ditempuh dari arah Pamulihan atau dari arah Jati, Kecamatan Pakenjeng. Orang harus berjalan kaki untuk menuju curug ini. Namun kelelahan setelah menuruni dan mendaki perbukitan, akan segera sirna jika sudah mendapati keindahan panorama curug. Sayangnya, baru masyarakat sekitar curug saja yang banyak menikmati keindahannya.